Karst untuk kehidupan. Belajar dari alam untuk menjadi manusia yang sesungguhnya.
Dalam
buku Environment and Society, dikutip satu syair dari suku Indian di Pasific
Northwest, yang terjemahannya kira-kira sebagai berikut :
"Engkau harus mengajarkan
anak-anakmu bahwa tanah yang dipijak oleh kakinya adalah debu dari
nenek-moyangnya, dengan demikian mereka akan menghargai tanah itu. Katakan pada
mereka bahwa bumi ini diperkaya oleh hidupnya keluarga kita. Ajarkan pada mereka
bahwa bumi ini adalah ibu kita. Apa yang menimpa bumi, menimpa pada
anak-anaknya bumi itu. Bahkan jika kita meludahi tanah itu, kita meludahi diri
kita sendiri."
Sabtu
(10/12/2016), MTs Muhammadiyah Wonosari mengadakan School Outing bagi siswa
kelas VII. Kegiatan ini merupakan agenda tahunan dilaksanakan di akhir semester
setelah pelaksanaan penilaian akhir semester (PAS). School Outing diharapkan
dapat memberikan pengalaman pembelajaran bagi siswa di luar lingkungan sekolah.
Pada tahun ini tempat yang diambil untuk melaksanakan agenda ini adalah Museum
Karst Indonesia yang bertempat di Wonogiri. Sesuai anjuran pemerintah dengan
slogan 'museum di hatiku' para siswa diajak menelusuri lorong-lorong museum
sebagai refleksi tentang kehidupan yang lalu.
Dari
depan museum tampak bangunan yang berbentuk prisma, bangunan tersebut menjulang
tinggi dan terlihat megah. Di beberapa bagian dinding dalam Museum tersebut
terdapat informasi mengenai karst di Indonesia maupun dunia. Di salah satu
pojok terdapat replika stalagtit dan stalagmit yang benar-benar mirip dengan
keadaan aslinya.
Para
siswa terlihat antusias untuk mencari jawaban dari soal tentang museum yang
telah diberikan. Siswa yang tadinya berkelompok pun berpencar untuk berbagi
tugas.
(Ulin)
0 comments:
Posting Komentar